Analisa Rupiah 21 - 25 September 2015 - Lab Forex

Analisa Fundamental, Tehnikal. All About Forex

Breaking

Selasa, 22 September 2015

Analisa Rupiah 21 - 25 September 2015

by: A Muttaqiena


Rekap Kurs Rupiah Minggu Lalu

Keputusan Federal Reserve AS pada rapat FOMC 16-17 September 2015 untuk mempertahankan suku bunganya pada level yang sama dengan sebelumnya, memperpanjang ketidakpastian di pasar. Kurs Rupiah pekan lalu sempat merespon dengan penguatan dari 14,450an ke 14,350an. Namun demikian, mundurnya proyeksi kenaikan suku bunga the Fed ke bulan Desember membuat penguatan ini bersifat sementara saja.
kurs rupiah-dolar ilustrasi
Dalam pengumumannya, otoritas moneter AS menegaskan bahwa mereka masih akan memantau inflasi AS dan kondisi ekonomi global lebih lanjut sebelum memutuskan untuk menaikkan suku bunga. Segera setelah pengumuman tersebut dirilis, Dolar AS anjlok terhadap sejumlah mata uang mayor. Namun demikian, bursa saham dan mata uang tak menunjukkan respon signifikan atas kabar tersebut, termasuk juga Rupiah.
Setidaknya ada lima faktor yang menyebabkan Rupiah tetap terdepresiasi meski the Fed tidak menaikkan suku bunganya:
  1. Meski kecil, tetapi masih ada kemungkinan suku bunga Fed akan dinaikkan dalam tahun ini, yaitu antara bulan Oktober atau Desember. 
  2. Belum ada perkembangan positif dari masalah perlambatan ekonomi China. Perkembangan pasar Asia dan negara berkembang saat ini masih kurang kondusif.
  3. Arus penarikan dana asing dari Indonesia dinilai sudah terlalu besar, dan masih terus berlanjut. Menurut laporan Bloomberg, investor asing telah menjual saham Indonesia senilai 991juta Dolar dalam kuartal ini saja, nyaris menjadi net outflow terbesar dalam dua tahun.
  4. Bank Indonesia memiliki ruang yang sangat sempit untuk bertindak di tengah dilema perlambatan ekonomi nasional dan depresiasi Rupiah, serta persediaan devisa menipis. Putusan Bank Indonesia pekan lalu untuk membiarkan suku bunga tetap pada 7.5 persen merupakan salah satu indikasinya.
  5. Sebagian besar utang luar negeri sektor publik Indonesia adalah utang jangka panjang. Namun, sekitar 25 persen dari utang luar negeri sektor swasta adalah pinjaman jangka pendek. Di saat yang sama, sejumlah perusahaan di Indonesia akan terancam default jika depresiasi Rupiah berlanjut, akibat eksposur yang tinggi dan tak di-hedging.
Di sisi lain, murahnya Rupiah dinilai sejumlah pihak sebagai "kesempatan investasi". Morgan Stanley pekan lalu mencatat Rupiah sebagai salah satu mata uang negara berkembang paling atraktif. Sebagaimana dikutip oleh Strait Times, Jens Nystedt dari Morgan Stanley Investment Management mengatakan, defisit current account yang lebih sempit telah menempatkan Indonesia dalam posisi yang lebih kuat untuk bertahan dari capital outflow. Apalagi, Indonesia juga dicalonkan untuk keluar dari daftar Fragile Five. Analisa Morgan Stanley ini menggarisbawahi kondisi Rupiah yang sudah kelewat undervalued dibanding fundamentalnya.

Fundamental Minggu Ini

Setelah riuh-rendah pekan lalu akibat antisipasi rapat FOMC the Fed Amerika Serikat, pekan ini pasar diperkirakan akan diramaikan oleh koreksi dan spekulasi. Dari dalam negeri, baik BPS maupun BI tidak menjadwalkan rilis data penting. Namun dari luar negeri, berita-berita terkait ekonomi AS dan Asia akan mewarnai aktivitas di pasar finansial. Diantaranya adalah pidato ketua FOMC, Janet Yellen; pidato anggota FOMC, Dennis Lockhart; dan rilis angka PMI Manufaktur Caixin China.
Hingga saat ini, fokus pasar internasional masih pada ketidakpastian seputar kenaikan suku bunga the Fed dan gonjang-ganjing ekonomi global yang berkaitan erat dengan perlambatan ekonomi China. Di tingkat domestik, pelaku pasar juga terpengaruh oleh bias-bias yang ditimbulkan isu-isu tersebut.

Prediksi Rupiah Pekan Ini

Setelah ditutup pada 14,370 per Dolar AS pekan lalu, kurs Rupiah bergerak melemah pagi ini, dan kembali bergerak mendekati 14,500 saat analisa ini ditulis. Dari perspektif teknikal, dalam pekan ini Rupiah diprediksi akan bergerak diantara 14,295-14,541 per Dolar AS.

USDIDR
Chart candlestick USD/IDR dengan trendline regresif dan fibonacci retracement

Dilihat dari gambar chart diatas, nampak ada potensi terbentuknya pola inverted head and shoulder (dalam lingkaran). Apabila pola itu terbentuk sempurna dan harga bergerak menembus puncak harga pekan lalu di 14,490, maka kurs Rupiah berpotensi melemah hingga menyentuh 14,541 per Dolar AS dalam beberapa hari mendatang. Sebaliknya, bila bounce ke arah bawah dari 14,490, maka ada peluang untuk bergerak mendekati 14,295.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar