Suku Bunga The Fed Naik : Dampak Pada Struktur Suku Bunga Global dan Perkembangan Capital Inflow ke Indonesia. - Lab Forex

Analisa Fundamental, Tehnikal. All About Forex

Breaking

Selasa, 22 Desember 2015

Suku Bunga The Fed Naik : Dampak Pada Struktur Suku Bunga Global dan Perkembangan Capital Inflow ke Indonesia.

Oleh Johanes L. Sitanggang.
Desember 17, 2015.

Kebijakan FED menaikkan suku bunga menjadi 0.50 % telah merubah struktur suku bunga global dan mendorong capital inflow ke Indonesia khususnya kepada surat-surat berharga dan saham-saham yang diperdagangkan dalam mata uang Rupiah (IDR).
Multi-years currency band untuk mata uang Rupiah terhadap seluruh mata uang asing telah berubah sehubungan dengan kebijakan FED. 
Sepanjang tidak ada perubahan kebijakan yang besar dari ECB dan BOJ maka Rupiah akan mulai menguat terhadap beberapa mata uang asing. Para investor asing (carry traders) akan kembali memasuki pasar keuangan Indonesia dengan melakukan investasi terhadap surat-surat berharga dan saham-saham dalam mata uang Rupiah yang akan mengakibatkan terjadinya tukar-menukar mata uang asing terhadap Rupiah yang akan memperkuat nilai tukar Rupiah di pasar keuangan.

Dalam jangka pendek dan menengah, Rupiah akan menguat terhadap Euro Eropa yang saat ini EURIDR 15,300, terhadap Swiss Franc yang saat ini CHFIDR 14,150 terhadap Dollar Kanada yang saat ini CADIDR 10,200, terhadap Dollar Australia yang saat ini AUDIDR 10,100.
Penguatan tersebut secara rata-rata akan menahan melemahnya Rupiah terhadap Dollar AS dan Pound Inggris. Akan tetapi pergerakan Rupiah terhadap Yen Jepang relative zig zag dalam koridor band yang ada sampai JPY carry traders kembali melakukan aktivitas carry trading di pasar.

Capital inflow terhadap surat-surat berharga dan saham-saham justru akan membantu dunia usaha (khususnya capital inflow terhadap saham-saham) untuk lebih memainkan perannya dalam pembangunan ekonomi dan menahan laju penggangguran yang baru-baru ini mulai meningkat. Capital inflow tersebut akan dapat mendorong inflasi menguat akan tetapi tidak perlu disikapi buru-buru dengan menaikkan suku bunga. Pergerkan inflasi dan pengangguran sebaiknya disikapi secara bersamaan.

Pada saat terjadinya capital inflow justru menjadi momentum bagi Bank Indonesia untuk tetap memangkas suku bunga secara bertahap dengan mengelola dan menekan inflasi sehingga suku bunga yang rendah akan mampu menstimulus perekonomian untuk menyerap tenaga kerja. Dipangkasnya suku bunga tidak akan mendorong para carry traders untuk melakukan liquidasi dari surat-surat berharga sebagai akibat "laju menguatnya Rupiah" lebih besar dari "laju pemangkasan suku bunga" sehingga para investor asing masih mempunyai peluang untuk memperoleh keuntungan yang wajar dalam aktivitas tradingnya. Namun dengan memperhatikan perkembangan regional untuk tetap mempertahankan agar investasi terhadap surat-surat berharga dan saham-saham Rupiah berimbang dengan mata uang regional.

Untuk lebih mendorong penguatan ekonomi sebaiknya Bank Indonesia dan perbankan nasional mengakhiri praktek "margin lending" yang berlebihan dan sudah keterlaluan. Dengan deposito antara 5%-7.5% sementara pinjaman antara 10 % - 20 % telah menguras keuangan dunia usaha dan masyarakat. Margin lending 5 % sebelumnya terjadi sebagai akibat krisis ekonomi dan keuangan pada tahun 1997/1998 akan tetapi justru praktek tersebut berlangsung sampai saat ini. Berdasarkan volume pinjaman yang beredar di dunia usaha dan masyarakat dunia perbankan telah menguras keuangan dunia usaha dan masyarakat sebesar kurang lebih Rp. 270 trilliun setiap tahunnya dan sudah melampaui batas keterlaluan yang harus dihentikan. Margin lending ini sebaiknya harus dikembalikan pada posisi awal sebelum krisis menjadi antara 1.50 % sampai 2.50 % sehingga keuangan dunia usaha dan masyrakat tidak terkuras habis khususnya pada saat pertumbuhan ekonomi yang masih akan menurun.

Capital inflow didukung dengan pemangkasan margin lending dari perbankan nasional serta didukung oleh kebijakan pemangkasan suku bunga bertahap sesuai dengan pergerakan inflasi yang dikelola melemah akan mendongkrak perekonomian secara menyeluruh dengan atau tampa adanya kebijakan pemerintah yang mendukung mengingat kebijakan Bank Indonesia berpengaruh terhadap lebih dari 85 % perekonomian nasional. Menekan angka pengangguran dan meningkatkan peluang penerimaan masyarakat dan dunia usaha sebagai akibat pemangkasan margin lending didukung dengan penurunan suku bunga akan meningkatkan kesejahteraan masyarkat secara keseluruhan peningkatan dimana pada akhirnya akan mendorong pergerakan perekonomian yang pada gilirannya mendorong kembali peluang keuntungan dunia perbankan nasional.

Mendorong pertumbuhan perekonomian melalui penggalakan peningkatan kedatangan wisatawan asing yang digagas oleh pemerintah adalah mimpi disiang bolong. Perkembangan ISIS secara global akan menahan laju kedatangan wisatawan asing ke Indonesia dan kelesuan ekonomi global akan menekan laju pertumbuhan wisatawan dunia. Perilaku pemerintah saat ini sangat bertentangan dalam upaya mendorong perekonomian nasional sehingga Bank Indonesia sebaiknya lebih memainkan peranannya. Pemerintah adalah politkus dengan mengumbar janji-janji yang tidak akan kunjung tiba akan tetapi bank-bank sentral adalah lembaga yang mengelola yang ada dan memaksimalkan yang ada dan mendorong yang ada. Yang ada lebih baik daripada menghayal.

Kutipan dari atas: Dalam jangka pendek dan menengah, Rupiah akan menguat terhadap Euro Eropa yang saat ini EURIDR 15,300, terhadap Swiss Franc yang saat ini CHFIDR 14,150 terhadap Dollar Kanada yang saat ini CADIDR 10,200, terhadap Dollar Australia yang saat ini AUDIDR 10,100.
Rupiah menguat terhadap EUR menjadi 15.050 dari 15,300. Rupiah menguat terhadap CHF menjadi 14.000 dari 14.150, Rupiah menguat terhadap CAD menjadi 9,950 dari 10,200 dan Rupiah menguat terhadap AUD menjadi 9,900 dari 10,100. Penguatan tersebut masih akan tetap berlangsung.
Tulisan ini bertentangan dengan apa yang disampaikan oleh para analysts dari sekuritas Indonesia yang dimuat di media massa. Akan tetapi dalam kenyataan pergerakan Rupiah malah mengikuti tulisan ini. Tulisan ini berdasarkan analisa monetarist dan ada saatnya ekonom sepaham dengan monetarist dan ada saatnya bertentangan. Akan tetapi dalam hal nilai tukar tetap menggunakan monetary approach.
Ditulis ulang oleh Labforex

Tidak ada komentar:

Posting Komentar